Sabtu, 12 Desember 2009

Budidaya ikan Maskoki (Gold Fish, koki)



Terdapat sekitar 14 varietas maskoki yang populer dan tersebar di kalangan penggemarnya, 8 varietas diantaranya yang paling banyak diminati yaitu fantail (ekor kipas), veiltail (ekor rumbai/koki tosa), oranda, lion head (kepala singa), pearl scale (sisik mutiara), bubble eye (mata balon), kalico, dan blackmoor. Bagian tubuh maskoki didominasi oleh perut yang umumnya bulat dengan sirip ekor panjang. Kepalanya sering kali dilengkapi dengan berbagai asesoris tergantung jenisnya, misalnya jambul, mata menonjol, atau botak kepalanya berwarna tertentu yang berbeda dengan warna badannya. Warna tubuhnya juga bervariasi, ada yang berwarna tunggal seperti merah, kuning, putih atau hitam saja, dua warna yaitu merah dengan putih, lebih dari dua warna yang merupakan kombinasi dari warna-warna tersebut.

Gerakannya sangat lambat, sifat yang sangat menonjol adalah kebiasaannya yang suka mengaduk-aduk dasar akuarium untuk mencari makanan sehingga air menjadi keruh dan tumbuhan air kadang tercabut. Perilakunya itu dikenal dengan sebutan bottom feeder. Sebagai hiasan, cukup ditempelkan gambar tanaman air diluar bagian belakang akuarium, tak perlu dengan tanaman air asli. Dasar akuarium tak perlu ditaburi pasir halus. Di dalam akuarium, ikan ini bisa dicampur bersama ikan jenis lainnya, asalkan bukan ikan yang agresif, khususnya ikan jenis Cichlid yang suka mengejar dan menggigit-gigit ekor maskoki hingga menjadi compang-camping. Pakan buatan dapat diberikan, asalkan tidak berlebihan. Meskipun demikian, pakan hidup lebih diutamakan.

1. Persiapan sarana pemijahan

Maskoki dapat dikawinkan secara massal maupun berpasang-pasangan pada bak semen atau akuarium. Bak semen ukuran (1 x 1) m setinggi 0,50 m cukup untuk mengawinkan 3 sampai 5 pasang. Akuarium ukuran (80 x 45 x 40) cm bisa menampung maksimum 2 pasang. Maskoki sangat menyukai air jernih sehingga air untuk bak atau akuarium diambilkan dari sumur atau air PAM, meskipun harus diendapkan dulu selama 24 jam dan diaerasi denagn aerator. Sarana penempel telur sebaiknya berupa tanaman air.

2. Pemilihan unduk

Umur minimum calon induk adalah 1 tahun, jika kurang dari 1 tahun, telur masih sedikit, anak yang dihasilkan kecil dan pertumbuhannya lambat. Namun jika terlalu tua (lebih dari 4 tahun) telurnya besar tapi sulit untuk menetas. Induk sebaiknya sehat dan tidak cacat.

Pada umur yang sama, jika jantan lebih kecil meskipun tidak mencolok, pada tutup insang dan jari-jari pertama sirip dada terdapat bintik-bintik putih dan terasa kasar. Induk betina yang sudah matang kelamin perutnya gendut membulat dan terasa lembek bila diraba, sedangkan pada jantan perutnya gendut tetapi tetap keras.

3. Pemijahan induk

Suhu air optimal dalam bak pemijahan 20 - 25oC. Oleh karena itu, induk sebaiknya dilepas pada sore hari dan pemijahannya diharapkan berlangsung sempurna pada saat suhu sedikit dingin pada malam hari menjelang pagi. Usahakan pH sekitar 7,2-7,5 dengan kesadahan sedang. Selama proses pemijahan, dibutuhkan aerasi atau aliran air secara terus menerus. Sarana penempel telur berupa tanaman air cukup memenuhi setengah dari permukaan air.

Induk yang telah dipilih melalui seleksi dilepaskan ke dalam bak pemijahan dengan perbandingan betina dan jantan 1 : 2. Dengan persiapan yang matang diharapkan keesokan harinya maskoki sudah bertelur. Induk yang telah selesai memijah segera diistirahatkan di tempat penyimpanan induk, sedangkan telur tetap dibiarkan di bak pemijah sampai menetas. Pada saat usia benih mencapai 7 hari dipindahkan untuk dipelihara pada bak pendederan.

4. Pemeliharaan larva

Larva umur 7 hari sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi sudah mulai belajar memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu, perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat untuk mengurangi resiko kematian benih.

Bak pendederan harus bersih dan sudah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk membunuh bibit parasit. Selanjutnya tebarkan pupuk kandang berupa kotoran ayam 500g/m2. Sementara air dialirkan, pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul larut dan pertahankan ketinggian air dalam bak sampai 30 cm. Dua hari setelah pemupukan, bibit kutu air ditanam dan dibiarkan selama 5 hari agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah itu, larva maskoki dari bak penetasan siap dilepas ke dalam bak pemeliharaan.

Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah 15 hari pemeliharaan. Memasuki pemeliharaan 15 hari ke dua harus ada aliran air masuk, apalagi setelah pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan, anak maskoki mulai tampak bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang warna dari sebagian anak maskoki sudah keluar. Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai bentuk ekor persis sama seperti ekor induknya, kemudian bentuk badan dan ukurannya. Bisa terjadi, dari hasil seleksi ini diperoleh beberapa kelompok anak maskoki berlainan ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak maskoki apkir yang harus disingkirkan.

3 komentar:

  1. mas, minta ijin copy ke bLog saya yach mas..... sLam knaL....

    BalasHapus
  2. mas jenis pakan apa yg dipakai utk pembesaran ikan koki dan kalau yg kecil ikan kokinya dikasih makan apa?

    BalasHapus
  3. Mas...kaloo bisq usul..lebih detail lagi dong...mulai dr seleksi induk...jenis tanaman air buat tempelan telor...trus ciri fisik ikan yg siap breed..thankd

    BalasHapus